Muda dan Membanggakan! Inilah Cerita Agalia Ardyasa, Alumna Sekolah Cikal yang Berhasil Diterima Microsoft Amerika

Muda dan Membanggakan! Inilah Cerita Agalia Ardyasa, Alumna Sekolah Cikal yang Berhasil Diterima Microsoft Amerika

Sekolah Cikal. Pemuda adalah kunci dari keberhasilan suatu peradaban bangsa. Dengan inspirasi menuntut ilmu pengetahuan yang utuh, serta mengembangkan kompetensi dan karakter, setiap pemuda akan dapat berkontribusi menciptakan karya, atau menjadi penggerak dalam menginspirasi pemuda lainnya.


Di masa pandemi ini, berita baik dan inspiratif hadir dari pemudi Indonesia bernama Agalia Ardyasa. Agalia yang merupakan lulusan Sekolah Cikal ini telah berhasil diterima menjadi bagian dari Microsoft, USA berbekal kompetensi, kemampuan, dan karakternya saat masih berkuliah di tahun terakhir.


(Agalia Ardyasa, Alumna Sekolah Cikal yang telah mendapatkan tawaran bekerja di Microsoft di usia muda dan saat masih kuliah tahun terakhir. Doc. Instagram Agalia Ardyasa)


Senang Berorganisasi, Organisasi itu Hobi

Dalam kesempatan berbagi cerita di Podcast Cikal Bincang-Bincang, Agalia atau yang lebih akrab disapa Agi menyampaikan kerinduannya pada Indonesia sepanjang pandemi ini pada (14/01). 

“Kangen banget sama Indonesia, aku kan biasanya setiap desember pulang. Tapi, karena pandemi tahun ini ga pulang. Kangen banget sama keluarga. Semoga bisa kembali segera.” tutur Agi.



(Agalia dikenal sebagai pelajar yang aktif berorganisasi sejak di Sekolah Cikal hingga tergabung di Komite Equity and Inclusion saat berkuliah di University of Wisconsin, Madison, USA)



Ia juga bercerita tentang pendidikan tahun terakhirnya di jurusan Ekonomi dan Matematika Terapan di University of Wisconsin, Madison, serta karakternya yang suka tantangan dan membangun relasi dengan orang lain melalui organisasi sejak sekolah hingga di kampus.


“Aku merasa semakin aku refleksi who i am sebagai manusia, dan hal yang mau aku lakukan. Aku butuh ekstrakurikuler. Organisasi itu seperti hobi, dan cara buat damai sama diri sendiri. Aku tidak pernah merasa OSIS atau BecomeMore (Organisasi Pengembangan Kompetensi diri bagi Pelajar SMP dan SMA se-Indonesia) jadi batas. Aku menjalaninya dengan bahagia.” ucap Agi yang pernah menjadi Ketua OSIS pertama di Sekolah Cikal, lalu membangun organisasi pemuda Become More Indonesia bersama rekannya setelah lulus Sekolah.


Dari Cerita Adaptasi, Hingga Suarakan Ruang Ibadah dan Ayam Halal


Cerita proses adaptasi Agi ketika berpindah ke Amerika tergolong cukup unik. Ia tidak merasa kesulitan dalam hal bahasa ataupun rindu keluarga, melainkan Agi berupaya menaikkan semangat dan waktu belajarnya sebagai upaya menyesuaikan budaya para pelajar kampus yang sangat ambisius.


“Sebenarnya kalau adaptasi belajar, aku tidak terlalu sulit karena aku sudah terbiasa belajar di Cikal dengan full english. Untuk adaptasi disini juga tidak terlalu sulit, aku berupaya mencari teman yang tepat, dan aku tinggal di asrama yang membuatku bertemu banyak teman yang di posisi sama yang mendukung prosesku. Tapi, salah satu hal yang cukup penuh tantangan itu banyak sekali pelajar yang ambisius di budaya kampusku. Jadi, aku berusaha menaikkan waktu belajar lebih giat.” ceritanya.


(Di tahun-tahun awal perkuliahan, Ia bergabung di Komite Kesetaraan dan Inklusivitas University of Wisconsin, Madison dan menyuarakan ruang refleksi (untuk ibadah) dan ayam halal. Doc. Instagram Agalia Ardyasa)


Selain tentang budaya ambisius para pelajar di universitasnya, Agalia juga menceritakan sebuah pengalaman yang mendorong jiwa kepemimpinannya bergerak untuk turut berkontribusi mendorong lahirnya inklusivitas di kampus bagi mahasiswa minoritas, seperti menghadirkan ruang refleksi untuk beribadah semua agama dan makanan halal dengan bergabung di Komite Kesetaraan dan Inklusi (Equity and Inclusion) di kampus.


“Ketika masih mahasiswa baru aku bertanya saat masa orientasi, “Kalau mau doa dimana?” lalu, seniornya bertanya “kamu mau doa? Gimana maksudnya?” sepertinya mereka tidak tahu maksudnya. Dari titik itulah, Aku merasa “gimana ya supaya aku bisa menyuarakan hal ini”. Semangat bergerak sejak dari Cikal waktu di Stuco (Student Council) atau OSIS membuatku mau bergabung di komite tersebut untuk menyuarakan ruang refleksi (ruang ibadah bagi semua agama), serta makanan halal di kantin universitas.” jelas perempuan belia yang pernah menjabat sebagai ketua komite Equity and Inclusion Universitas Wisconsin Madison di tahun-tahun awalnya berkuliah.


Ia merasa bahagia dan bersyukur bisa menjadi salah satu pihak yang menggerakkan hal tersebut agar setiap dari mahasiswa minoritas beragama bisa menjadi lebih diterima dan mudah menyesuaikan dengan hadirnya ruang refleksi untuk ibadah, dan ayam halal agar lebih inklusif bagi setiap mahasiswa.


Dapat Tawaran Kerja dari Microsoft Saat Masih kuliah


Pemudi Indonesia ini tidak berhenti menginspirasi, di tahun terakhirnya masih menjalani kuliah Agalia pun sudah diterima di Microsoft di Mei 2021.


“Alhamdulillah, aku sudah dapat kerja di Microsoft USA perannya sebagai Account Manager. Aku nantinya akan menjembatani klien ke Layanan Cloud, jadi seperti External Consultant bagi perusahaan yang mau transisi ke Cloud Services. Begitu rencananya. Bismillah, semoga lancar.” harapnya.


Menjalani seleksi di Microsoft dimulai dari Microsoft yang menghubungi Agalia melalui linkedin. Ia pun menjelaskan ketertarikannya terhadap Microsoft, khususnya terkait dengan budaya perusahaan terbaik Amerika itu. Bagi Agalia, budaya Microsoft yang antara lain empati, kooperasi, peduli satu sama lain, membangun hubungan dengan orang lain berdasarkan nilai sejalan dengan budaya dan karakter Agalia.


“Alasan kenapa aku senang dengan Microsoft adalah tentang budayanya. Teman-temanku sudah magang di sana, dari pengalaman mereka bicara tentang budayanya, dan aku sebenarnya sangat peduli dengan konsep budaya. Budaya sekolah, institusi, perusahaan ini buatku bisa memberikan pengalaman terbaik. Budaya dan nilai Microsoft itu buatku sangat sejalan dengan budaya dan nilai dalam diriku.” jelasnya.


(Kompetensi dan Kepribadian Agalia membuat Microsoft tertarik untuk mengundang bergabung di Perusahaan. Doc. Instagram Agalia Ardyasa)


Menurut Agi, penawaran kerja yang ia terima dari Microsoft adalah pilihan dan keputusan dari perusahaan amerika itu setelah menyesuaikan peran yang paling cocok dengan kepribadian dan kemampuannya.


“Microsoft menyesuaikan peranku sesuai dengan kepribadian, dan kemampuanku setelah interview waktu itu. Jadi, aku dimasukkan ke peran itu, dan aku menyadari kekuatanku itu ada membangun komunikasi dengan orang lain atau klien, kemampuan mendengarkan klien, serta menjembatani klien menuju teknologi yang lebih modern. Jadi, semua berakar dari kekuatanku dan nilai budaya Microsoft itu sendiri.” jelasnya.


(Kenangan tak terlupakan Agalia di Sekolah Cikal adalah kepercayaan dan dukungan dari guru untuk murid bertumbuh dan berkreasi tidak pernah terhenti. Doc. Instagram Agalia)


Di akhir, ia menutup dengan cerita dari Sekolah Cikal yang berpengaruh sampai keberhasilannya di titik ini, antara lain kepercayaan untuk terus bertumbuh dan kesempatan mengembangkan keterampilan membuat atau membangun sesuatu dari nol.


“Satu hal dari Sekolah Cikal yang aku tidak mungkin dapat di sekolah lain adalah kepercayaan dari para guru untuk terus bertumbuh. Aku senang sekali, guru-guru di Sekolah Cikal tidak pernah lelah dukung aku untuk terus berkreasi. Keterampilan membuat karya dan kontribusi dari nol adalah kemampuan yang aku dapat dan tidak akan terlupakan. Aku tidak bisa membayangkan kalau aku tidak mendapatkan skill dan kepercayaan itu dari Sekolah Cikal!”


Wah, Agalia benar-benar menjadi sosok pemudi Indonesia yang inspiratif dan membanggakan ya! Sejak sekolah aktif berorganisasi, berkarya hingga kini berkat kompetensinya yang tumbuh itu ia bisa lolos di perusahaan sehebat Microsoft di Amerika!(*)


Mau tahu cerita lengkap Agalia Asdyasa, yuk kita tonton podcastnya di Youtube Sekolah Cikal Official melalui link berikut (
Podcast Sekolah Cikal - Agalia Ardyasa)


I'M INTERESTED