Tekankan Pentingnya Deteksi Anak Berkebutuhan Khusus Sejak Dini, Sekolah Cikal Gelar Webinar Dengan Para Pakar

Tekankan Pentingnya Deteksi Anak Berkebutuhan Khusus Sejak Dini, Sekolah Cikal Gelar Webinar Dengan Para Pakar

Jakarta, Sekolah Cikal. Proses deteksi dini anak dengan kebutuhan khusus bagi masyarakat Indonesia saat ini masih tergolong awam. Masih banyak orang tua yang belum peka terhadap deteksi dini anak dengan kebutuhan khusus.


Demi meningkatkan kesadaran orang tua dalam proses pendeteksian dini untuk anak dengan kebutuhan khusus, Sekolah Cikal berkolaborasi dengan RSIA Bunda Jakarta menggelar Webinar Cikal Bincang-Bincang bertemakan “Mendeteksi Anak Berkebutuhan Khusus Sejak Dini” pada 22 Mei 2021 dengan menghadirkan para pakar yakni Vitriani Sumarlis, M.Si, Psikolog (Tim Program Akademik, Pendidikan Inklusi Cikal), dan Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp. A (K) - Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang RSIA Bunda Jakarta.


Deteksi Awal Penting Dilakukan di 2 Tahun Pertama

Menghadirkan dua pakar sekaligus, Sekolah Cikal melalui Pendidikan Inklusi Cikal meyakini bahwa kolaborasi dari pihak yang memahami dan mendukung pentingnya deteksi dini bagi anak dengan kebutuhan khusus akan dapat mendorong peningkatan kesadaran masyarakat.

Bagi Psikolog Vitriani Sumarlis, proses deteksi diri anak dengan kebutuhan khusus di usia dini dapat dilihat dari beberapa tanda salah satunya, memiliki riwayat keterlambatan pada satu atau lebih area perkembangan mereka, baik area perkembangan motorik (kasar dan/halus), wicara dan bahasa, dan/ sosial emosi.


“Orang tua perlu mengamati tanda-tanda perkembangan (milestone) yang diharapkan pada 2 tahun pertama perkembangan anak, untuk ketiga area perkembangan (motorik, wicara dan bahasa), serta sosial emosi.”ucap Vitriani.

Ia pun menjelaskan bahwa pada beberapa anak juga ada yang memiliki faktor risiko, seperti kelahiran prematur, atau riwayat kebutuhan khusus dalam keluarga, orang tua perlu mengamati fungsi adaptif anak sesuai usianya, seperti fungsi adaptif anak untuk melakukan tugas-tugas yang diharapkan pada usianya secara mandiri (bina diri), melakukan fungsi sosial (berinteraksi & bermain), atau fungsi belajar (bila anak sudah mulai bersekolah) sehingga deteksi dini alangkah baiknya sesegar mungkin dilakukan.

“Dalam proses pendampingan tumbuh kembang anak, proses pendeteksian dini untuk anak dengan kebutuhan khusus itu alangkah baiknya dilakukan sesegera mungkin artinya semakin segera semakin baik (The sooner the better).” tambahnya.


Orang Tua Berperan Penting Dalam Deteksi Dini

Sesi Webinar yang dijalankan oleh Sekolah Cikal ini tidak hanya dihadiri oleh Psikolog Anak dari Pendidkan Inklusi Cikal, melainkan juga mengundang Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang, Prof. dr. Rini Sekartini, Sp. A (K).

Sebagai seorang Dokter Spesialis, Prof. Rini menjelaskan bahwa orang tua memiliki peran yang paling penting dalam proses

“Dalam proses deteksi dini, masih banyak anak yang datang dengan keterlambatan. Jadi, program deteksi dini belum optimal. Deteksi dini sangat penting, karena ini peran orang tua mengingat 24 jam x 7 yang paling banyak orang tua di rumah.” ucap Prof Rini.


(Menurut Prof Rini aspek Pertumbuhan dan Perkembangan anak sejak usia dini penting diperhatikan terkait Deteksi Anak Dengan Kebutuhan Khusus bagi Orang tua. Doc. Sekolah Cikal)


Dalam paparannya di sesi webinar Prof Rini pun memaparkan beberapa aspek terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, hingga merujuk pada deteksi anak dengan kebutuhan khusus sejak usia dini.


“Menurut American Academy of Pediatric, sejak usia 9 bulan sampai satu tahun itu, orang tua harus melakukan deteksi dini pada anak sebulan sekali dengan memantau dua hal yakni Pertumbuhan dan perkembangan anak. Alangkah baiknya, tidak disingkat dengan istilah tumbang, mengingat dua hal tersebut mengandung makna yang penting.” tutur Prof Rini.

Ia pun menjelaskan bahwa setiap anak dalam fase tumbuh kembangnya memiliki ciri khas, sehingga kita tidak bisa menyamaratakan kebutuhan anak. Selain itu, anak usia dini itu biasa dimasukkan dalam kelompok anak yang dideteksi dalam tumbuh kembang, sehingga penting bagi para orang tua untuk memantau dengan buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

“Pemantauan tumbuh kembang anak di masyarakat dapat dilakukan melalui buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) atau yang disebut buku Pink digunakan kementerian kesehatan, dan ikatan dokter anak Indonesia serta digunakan oleh orang tua. Jangan hanya dibawa saat kontrol saja.” tambah Prof Rini.


Deteksi Anak ABK Di Masa Pandemi

Di sesi ini pula, kedua pakar yang dihadirkan oleh Sekolah Cikal menjelaskan bagaimana proses deteksi anak dengan kebutuhan khusus selama masa pandemi yang berlangsung lebih dari satu tahun.

“Hal yang miris itu orang tua saat pandemi takut ke rumah sakit, tapi tidak takut ke mall. Orang tua harus percaya bahwa rumah sakit punya protokol yang ketat sehingga aman untuk pasien dan tenaga kesehatan.” ucap Prof Rini dengan sedikit candaan.


(Deteksi Dini Anak dengan Kebutuhan Khusus sejak dini selama pandemi dapat dilakukan secara berkala melalui buku KIA dan disarankan menghubungi layanan kesehatan, baik rumah sakit, segara apabila menemukan masalah. Doc. Sekolah Cikal)

Ia pun menekankan bahwa penting sekali melakukan pengecekan dan penilaian perkembangan melalui buku KIA di rumah selama pandemi.

“Untuk memantau perkembangan anak di usia 12-18 bulan dapat dilakukan di buku KIA, apabila menemukan satu yang tidak harus segera konsultasi ke tenaga kesehatan. Sayangnya, di masa pandemi, orang tua banyak menunda pengecekan anak di rumah sakit, dengan keraguan. Orang tua harus sadar usia anak akan bertambah terus. Jadi, kalau tidak segera deteksi, semakin banyak yang tertinggal dalam proses tumbuh kembang anak.” jelas Dokter Spesialis Anak di RSIA Bunda Jakarta.

Di akhir sesi, Prof Rini, dan Psikolog Vitriani menutup dengan beberapa pernyataan ampuh. Bagi Prof Rini, tumbuh kembang anak merupakan proses yang berkesinambungan sehingga penting bagi proses pemantauan berkala bagi tumbuh kembang anak. Apabila ada hal yang bermasalah segera melakukan intervensi tenaga kesehatan, atau terapis.

Selain itu, bagi Psikolog Vitriani, dilema orang tua untuk tidak melakukan terapi di luar rumah selama masa pandemi dapat dipahami. Namun, yang perlu diingat anak tetap memerlukan penanganan untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya. (*)

I'M INTERESTED