Anak Nangis Minta Gawai? Lakukan 3 Cara Ini untuk Tenangkan Anak!

Anak Nangis Minta Gawai? Lakukan 3 Cara Ini untuk Tenangkan Anak!

Durasi baca : 3 menit



Surabaya, Sekolah Cikal Surabaya. Ketika terjadi pembatasan dalam penggunaan gawai, biasanya anak-anak akan bereaksi dengan tangisan dan tantrum. Dalam menanggapi tantrum anak, orang tua tidak perlu marah berlebihan karena  perilaku tersebut merupakan tahapan normal dalam proses adaptasi mereka terhadap penggunaan gawai yang lebih sedikit.


Sebagai konselor anak di  Sekolah Cikal Surabaya, Tania Nurmalita, S.T., M.Si., memberikan 3 strategi untuk menenangkan anak yang tantrum ketika waktu bermain gawai mereka dikurangi. Selain itu, ia juga menyarankan berbagai kegiatan seru yang dapat dilakukan sebagai alternatif. Seperti apa strategi dan rekomendasi kegiatannya? Simak berikut ini!


(Memberi anak gawai tanpa batasan bukanlah cara pengasuhan yang sehat. Dok. Cikal)


Baca juga : Pahami Penyebab Orang Tua Membandingkan Anak dan Dampak Negatifnya!




1. Buat Kesepakatan dengan Anak

Strategi pertama yang direkomendasikan oleh Tania adalah membuat kesepakatan dengan anak. Menurutnya, penting bagi orang tua untuk melibatkan anak dalam membuat kesepakatan atau aturan penggunaan gawai sejak awal, sehingga dalam proses transisi pembatasan anak akan lebih siap.


“Hal yang harus dilakukan oleh orang tua adalah membuat agreement atau rules penggunaan gawai saat awal ingin mengimplementasikan metode “no gawai” pada anak.” kata Tania.


Baca Juga : 4 Alasan Mengapa Orang Tua Tidak Boleh Membiasakan Anak Menggunakan Gawai Sejak Dini!




2. Beri Anak Ruang Mengekspresikan Perasaannya

Ketika anak mengalami kesulitan melepas gadget atau gawai, Tania merekomendasikan orang tua untuk menjadi ruang aman bagi anak mengekspresikan emosi negatifnya.Setelah anak tenang, orang tua dapat ingatkan kembali kesepakatan yang telah dibuat. 


“Jika pada pemgimplementasiannya anak menangis atau marah, orang tua dapat memberikan ruang kepada anak untuk menangis dulu sampai tuntas emosi negatifnya, setelah anak tenang orang tua dapat kembali mengingatkan anak terhadap agreement yang sudah dibuat tentang gawai.” jelas Tania.


Baca Juga : Sepakat dalam Tujuan Pendidikan, Cara Sekolah Cikal Bandung Optimalkan Potensi Anak




3. Siapkan Aktivitas Menyenangkan Tanpa Gawai

Ketika penggunaan gawai dibatasi, orang tua juga perlu menyiapkan aktivitas lain yang sama menyenangkannya seperti saat menggunakan gawai.

Orang tua harus menyiapkan aktivitas pengganti yang sama menyenangkan seperti saat menggunakan gawai. Pada awal perjanjian, anak dapat dilibatkan untuk memilih sendiri jenis aktivitas yang ingin dilakukan ketika tidak memegang gawai, sehingga saat anak ngambek atau marah dapat dialihkan ke aktivitas yang mereka pilih sendiri.” kata Tania.


Baca juga :Orang Tua, Ketahui Manfaat Bercanda dengan Anak dan Batasannya!




Saran Aktivitas Menyenangkan sebagai Pengganti Gawai


Tania merekomendasikan dua aktivitas yang menyenangkan sekaligus sehat sebagai alternatif dari bermain gawai.  Kegiatan ini bukan hanya dapat menggembirakan hati anak, tetapi juga berkontribusi pada perkembangan kemampuan kognitif mereka sejak usia dini. 


Apa saja rekomendasinya? Simak di bawah ini.

  1. Kegiatan Sensorik dan Bermain di Alam


Menurut Tania, kegiatan sensorik seperti meremas-remas berbagai benda dengan tekstur berbeda dan bermain di alam bebas sangat bermanfaat untuk merangsang otak anak.


Kegiatan meremas, merasakan berbagai tekstur dari berbagai media, serta kegiatan outdoor, sangat membantu anak untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya.” jelas Tania.


Selain itu, Tania menambahkan bahwa bermain masak-masakan menggunakan bahan asli juga dapat melatih motorik halus dan indera peraba anak.


Roleplay memasak dengan menggunakan bahan-bahan masakan yang sesungguhnya dapat membantu sensorik halus anak karena bisa merasakan berbagai macam tekstur.” kata Tania.


Baca Juga : 4 Manfaat Mindful Parenting dalam Interaksi Keluarga




2. Kegiatan Literasi di Rumah 

Kegiatan rekomendasi kedua dari Tania dalah kegiatan literasi di rumah untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak. Tania menyarankan orang tua dapat  membiasakan anak berbicara dengan anak menggunakan satu bahasa terlebih dahulu. Setelah anak menguasainya, orang tua bisa memperkenalkan bahasa lain secara bertahap.

“Dalam rangka meningkatkan kemampuan berbicara anak, sejak usia dini anak dapat diajak berbicara berbagai macam kosakata dengan 1 bahasa terlebih dahulu. Jika memang dirasa anak sudah menguasai bahasa ibu atau bahasa yang sehari-hari digunakan di lingkungan sekitar anak, boleh pelan-pelan diberi eksposure bahasa lainnya.” imbuhnya.(*)


Baca juga : Orang Tua, Pahami Bentuk Bercanda dengan Anak Secara Tepat dan Tidak!




Informasi Cikal Support Center 

Tanyakan informasi mengenai pendaftaran, program hingga kurikulum Cikal melalui Whatsapp berikut :+62 811-1051-1178




Artikel ini ditulis dan dipublikasikan oleh Tim Digital Cikal 

  • Narasumber : Tania Nurmalita, S.T., M.Si., Konselor Sekolah Cikal Surabaya

  • Editor : Salsabila Fitriana

  • Penulis : Rahma Yulia 



I'M INTERESTED