Memahami Penyebab Stigma Negatif terhadap Autisme di Lingkungan Sosial

Memahami Penyebab Stigma Negatif terhadap Autisme di Lingkungan Sosial


Durasi baca : 3 menit



Jakarta,  Sekolah Cikal Amri Setu. Dalam memahami autisme, seringkali kita dihadapkan pada berbagai stigma negatif yang muncul yang disebabkan oleh ketidaktahuan dan kesalahpahaman pengetahuan. 


Koordinator Pendidikan Inklusi Cikal jenjang SD-SMA di Sekolah Cikal Amri Setu, Dini Agista, menjelaskan  beberapa  faktor yang berkontribusi pada pembentukan stigma tersebut. Mari simak penjelasan selengkapnya berikut ini! 


Baca juga: Pentingnya Jaga Kesehatan Mental Anak dan Dampaknya Bila Terabaikan




Penjelasan Mengenai Autisme

Autisme adalah kondisi neurologis yang kompleks, yang berpengaruh pada cara seorang individu berkomunikasi, berinteraksi sosial, dan memproses informasi. 


“ASD (Autism Spectrum Disorder) adalah suatu kondisi dalam diri seseorang yang mempengaruhi perkembangannya dalam aspek sosialisasi, komunikasi, interaksi, pola perilaku, serta kemampuan berbahasa pada orang tersebut.” jelasnya saat mengungkapkan definisi autisme.


Baca juga : Ketahui Penyebab dan Cara Tepat Menghadapi Anak yang Menolak Belajar Mandiri




Penyebab Munculnya Stigma Negatif Autisme di Lingkungan Sosial dan Sekolah


Dalam interaksi sosial pada umumnya, Dini menyebutkan bahwa terdapat 2 penyebab yang dapat membuat masyarakat memunculkan stigma negatif terhadap anak dengan autisme di lingkungan sosial dan/atau sekolah. Berikut penjelasannya,


Pertama, Minimnya Pengetahuan tentang Autisme 


Dalam upaya membangun kesadaran dan pemahaman yang lebih mendalam tentang autisme, penting untuk menyadari bahwa masih banyak kesalahpahaman yang beredar di tengah-tengah masyarakat. Hal ini disebabkan oleh minimnya informasi yang akurat dan perbedaan dalam cara berkomunikasi, berinteraksi dan berkolaborasi dengan anak dengan autisme seringkali menjadi akar masalah ini.


“Masih belum meratanya informasi serta pemahaman mengenai autisme, perbedaan kuantitas serta kualitas berkomunikasi dan berkolaborasi dengan orang dengan autisme.” kata Dini. 


Kedua, Budaya dan Perbedaan Individu


Persepsi budaya dan perbedaan individu seringkali menimbulkan stigma yang tidak adil terhadap autisme, dengan asumsi keliru bahwa kondisi ini selalu berkorelasi dengan kemampuan kognitif yang terbatas. Padahal, realitanya jauh lebih beragam dan setiap individu autisme memiliki keistimewaan serta potensi yang unik, yang layak diakui dan dirayakan.


“Faktor-faktor budaya dan kultur dalam masyarakat, perbedaan kepribadian antar individu, menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi stigma negatif mengenai kondisi autisme baik di lingkungan sekolah dan sosial. Beberapa di antaranya adalah anggapan bahwa kondisi autisme sering dikaitkan keterlambatan perkembangan, kesulitan bergaul, serta ketergantungan pada orang lain. Anggapan keliru mengenai tingkat kognitif orang dengan autisme yang dianggap lebih rendah juga masih sering ditemukan di sekitar kita.” tambah Dini. 


Baca juga : Autisme itu Bukan Penyakit, Simak Penjelasan Psikolog Cikal Supaya Paham!




Cara Pendidik Sekolah Cikal Mengedukasi Murid tentang Autisme

Sebagai sekolah ramah anak dan inklusif, Dini menuturkan bahwa Sekolah Cikal proaktif membangun kesadaran pada murid-murid di sekolah akan kebutuhan dari anak-anak dengan autisme melalui diskusi. Langkah ini ditujukan untuk meningkatkan pemahaman tentang autisme, dan memperkuat inklusivitas di sekolah dengan pendampingan guru dan konselor.


“Hal yang biasa dilakukan di Sekolah Cikal adalah mengajak diskusi murid mengenai kekhawatiran ataupun isu mengenai autisme. Selain itu, dilakukan juga koordinasi dan kolaborasi dengan konselor dan guru kelas untuk dapat secara rutin melakukan refreshment mengenai topik diversity dan inclusivity. ” imbuhnya.(*)


Baca juga : Ketahui 3 Bentuk Kemarahan Anak Usia Dini dan Cara Identifikasinya!




Informasi Cikal Support Center 

Tanyakan informasi mengenai pendaftaran, program hingga kurikulum Cikal melalui Whatsapp berikut :+62 811-1051-1178




Artikel ini ditulis dan dipublikasikan oleh Tim Digital Cikal 

  • Narasumber : Dini Agista, Koordinator Pendidikan Inklusi Cikal jenjang SD-SMA Cikal Amri Setu, Jakarta Timur. 


Dini merupakan seorang pendidik lulusan Pendidikan Bahasa Inggris yang memiliki ketertarikan pada pendidikan inklusif. Kecintaannya pada anak-anak berkebutuhan khusus membuatnya ingin mendalami pendidikan kebutuhan khusus. Ia memiliki keinginan untuk bisa memberikan kontribusi kepada para orang tua yang membutuhkan, dan turut serta menciptakan suasana pendidikan yang inklusi.


  • Editor : Salsabila Fitriana

  • Penulis : Rahma Yulia 



I'M INTERESTED