Keluarga dan sekolah menjadi tempat utama bagi anak untuk mendapatkan pemahaman mengenai perlunya toleransi dalam menghadapi perbedaan tersebut. Keragaman agama, suku, budaya, ras, dan bahasa di Indonesia perlu dikenalkan kepada anak sebagai suatu kekayaan dan keindahan bangsa Indonesia. Bagi saya, toleransi itu tidak bisa hanya dengan diajarkan tapi juga dirasakan dan dialami. Dan inilah cara saya menumbuhkan sikap toleransi :
Bulan lalu murid beragama Islam melaksanakan ibadah puasa, dan saya mengajak teman Kristen untuk bercerita pengalaman mereka berkegiatan dengan teman yang sedang berpuasa. Ada yang menyembunyikan makanan dan minuman di dekatnya agar tidak terlihat teman yang berpuasa, saling bertanya apa yang dilakukannya untuk menahan rasa haus dan lapar. Saya juga memperkenalkan bahwa di beberapa Agama lainnya juga ada puasa, tetapi dengan cara dan ketentuan yang berbeda. Selain itu, saat Hari Raya Idul Fitri , saya juga mengajak murid untuk mengucapkan selamat Hari Raya kepada teman yang merayakannya. Dan ternyata mereka justru saling bertukar ucapan Selamat Hari Raya satu sama lain.
Dalam proses belajar, seringkali saya menyediakan sesi diskusi dan tugas kelompok untuk memberikan ruang pada murid untuk saling menerima dan menghargai perbedaan pendapat, ide atau bahkan respon satu sama lain.
Bagi saya, toleransi itu tidak bisa hanya dengan diajarkan tapi juga dirasakan dan dialami
-Realine Tiurma
Nah, inilah formula awal yang saya terapkan di kelas. Mulai dari Menghormati, level paling pertama yang bertujuan menumbuhkan sikap menerima, merasakan dan menghargai perbedaan. Saya pernah mengajak murid untuk berbagi informasi tentang asal usul daerah masing-masing.
Murid antusias untuk mengenalkan perbedaan Bahasa, suku dan adat diantara mereka. Selain itu, saya mengajak murid untuk berhenti sebentar ketika Adzan berkumandang di sesi kelas saya. Ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa toleransi antar umat beragama yang sedang beribadah.
Level yang Kedua adalah Merayakan. Dengan memberikan ucapan Hari Raya, murid belajar untuk ikut bersukacita dan mengalami nuansa kebersamaan di dalam keberagaman antar umat beragama.
Dan Level yang Ketiga adalah Melindungi. Mulai dari berbagi pendapat dan ide di kelas, murid belajar untuk saling mendengar, menerima dan menjaga perbedaan satu sama lain. Biasanya, saya mengajak murid untuk saling memberikan respon dan mengajak teman lainnya untuk saling berdiskusi tanpa harus merasa tidak nyaman dengan perbedaan pendapat di kelas. Dengan begitu, kita dapat terus merawat toleransi bersama-sama.
Profil Pendidik
Realine Tiurma, akrab disapa Ibu Alin atau Miss Alin adalah pendidik kelas Reception Senior dan Agama Kristen di Sekolah Cikal. Ia percaya bahwa setiap anak memiliki caranya masing-masing untuk mengembangkan ide kreatifnya.