Tanamkan Toleransi Umat Beragama Melalui Ruang Dialog di Sekolah Dasar Cikal

Tanamkan Toleransi Umat Beragama Melalui Ruang Dialog di Sekolah Dasar Cikal

Sekolah Cikal. Mengenalkan sejarah keberagaman agama dan esensi toleransi beragama yang tepat di Indonesia pada anak-anak di tingkat sekolah dasar dapat dilakukan dengan menghadirkan ruang perjumpaan dan dialog antaragama bersama para pemuka agama.


Sebagai sekolah inklusif dan mengakomodasi pembelajaran untuk semua agama, Sekolah Cikal mengadakan ruang dialog dengan beberapa pemuka agama (Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Budha) untuk murid-murid kelas 6 Sekolah Dasar Cikal di Jakarta, Tangerang, hingga Surabaya dengan mengangkat tema “Who We Are: Menghargai Perbedaan dan Toleransi Umat Beragama” pada (14/10) secara virtual. 


Kenalkan Sejarah dan Akar Toleransi di Indonesia 


Menghadirkan Ustaz Ahmad Rozali, Pendeta Yerry Pattinasarani, Romo Petrus Cipto Nugroho, dan Biksu Zhuan Xiu, murid-murid kelas 6 Sekolah Cikal diperkenalkan secara singkat sejarah masuk, proses interaksi, dan akulturasi agama yang terjadi di Indonesia dari sudut pandang agama yang berbeda dengan penuh antusias.


Menurut Aria Kardha, Program Manager Studi Agama Sekolah Cikal, murid kelas 6 tengah mempelajari tentang bagaimana keyakinan dan nilai dapat memengaruhi sikap dan perilaku manusia. 


“Untuk meningkatkan pembelajaran mereka, kami mengadakan ruang dialog dengan beberapa pemimpin agama yang dihormati dan diskusi yang bermanfaat tentang menghormati perbedaan dan menunjukkan toleransi antar agama.”Ucapnya. 


Dalam sesi pengantar, Najwani yang merupakan pendidik agama Islam di Sekolah Cikal Amri-Setu menyampaikan:


“Perbedaan adalah keniscayaan, masalahnya adalah bagaimana perbedaan itu dapat menjadi manfaat bagi kita semua. Kita hidup berdampingan, memberikan kontribusi dan memahami bahwa setiap dari kita itu berbeda. Sesuatu yang berbeda itu biarkanlah berbeda, tidak bisa dijadikan sama. Perbedaan itu kita hormati dan pahami sebagai sesuatu yang ada.” jelasnya.



(Para pemuka agama memberikan penjelasan mengenai toleransi beragama. Dok. Cikal)


Nilai Toleransi Setiap Agama, Bermanfaat Bagi Sesama 


Sesi ruang dialog juga membahas secara sederhana dari kacamata yang dapat dipahami oleh murid kelas 6 mengenai dasar nilai toleransi dari setiap agama untuk memahami esensi utuh bahwa setiap agama hadir untuk membentuk sikap dan karakter menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesamanya dan bukan malah menyakiti.


Sebagai pemuka agama islam yang turut hadir, Ustadz Ahmad Rozali memperkenalkan nilai agama Islam mengenai nilai toleransi berdasarkan Q.S Al Hujurat ayat 13. 


“Perbedaan merupakan sunnatullah (Ketetapan Allah) berdasarkan Alquran surat Al Hujurat ayat 13 di mana tujuan orang diciptakan berbeda agama, suku dan budaya adalah untuk saling mengenal dan menghormati, bukan  dijadikan dasar bermusuhan.” tuturnya. 


Selain itu, Biksu Zhuan Xiu juga menambahkan nilai toleransi dalam Budha yakni setiap orang diharapkan untuk tidak berbuat jahat, melakukan kebaikan, menyucikan hati dan pikiran, serta menjadi berkat bagi manusia lain.


“Sebagai Biksu, saya selalu mengajarkan jadilah manusia penuh manfaat dimanapun Anda berada. Ke mana pun Anda pergi jangan melakukan hal atau perilaku yang buruk. Apabila tidak bisa memberikan bantuan, maka jangan membebani, atau menambah kesulitan. Intinya menjadi obat, merawat, dan menjadi berkat. “ tuturnya. 


(Para pemuka agama yang menghadiri kegiatan mengenai menghargai perbedaan dan toleransi, serta berbagi dengan penuh antusias kepada murid kelas 6 SD Cikal. Dok.Cikal)


Romo Petrus Cipto Nugroho, juga menambahkan bahwa secara esensial menumbuhkan toleransi pada sesama itu direpresentasikan melalui cinta kasih pada Tuhan dan diri sendiri.


“Landasan toleransi dalam agama Katolik adalah mengenai dua hukum, pertama kasihilah Tuhan dengan segenap hatimu, jiwamu, segenap akal budimu dan kekuatanmu. Kedua, kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri. Dengan hukum ini, diharapkan bisa saling menaruh toleransi menghargai perbedaan dan juga menjunjung nilai kemanusiaan dalam hidup.” jelas Romo Petrus.


Menggerakkan Lebih Banyak Ruang Dialog bagi Murid


Sekolah Cikal yang menghadirkan ruang dialog agama sebagai upaya menumbuhkan pemahaman yang tepat pada murid-murid sejak tingkat sekolah dasar mendapatkan apresiasi dan dukungan dari Pendeta Yerry Pattinasarani. Menurutnya, upaya ini  merupakan hal yang patut diapresiasi dan dilakukan lebih banyak lagi untuk edukasi bagi anak-anak secara tepat.


“Saya rasa Cikal punya peranan penting tidak hanya melalui kegiatan (sesi diskusi) ini melainkan juga untuk kemudian hari yakni membangun ruang komunikasi dialog, sebagai suatu forum komunikasi penting untuk langsung bertanya ke pemuka agama menjadi satu edukasi yang menarik,  dan saya yakin para pemuka agama tidak keberatan memberikan penjelasan yang tepat, mengingat tidak ada agama yang menyerukan aktivitas intoleran.”  tuturnya. 


Biksu Zhuan Xiu pun  menutup dengan harapan juga agar Cikal dapat senantiasa menggerakkan komunikasi dan dialog mengenai toleransi untuk menumbuhkan pemahaman dalam diri murid bahwa perbedaan adalah sumber kekuatan bagi bangsa Indonesia untuk selalu hidup bersatu, saling menghargai, menghormati, berdampingan dan memberikan manfaat bagi sesama manusia. 


“Saya berharap komunikasi seperti ini terus digaungkan, para pemuka agama pun dapat menunjukkan agama itu sumber berkat. Mari kita didik umat kita dengan nilai keharmonisan, hidup bersatu, saling mengenal saling berdampingan.” tutupnya. (*)




I'M INTERESTED