4 Tips Ajarkan Anak Tentang Batasan Tubuh Pribadinya

Rumah Main Cikal Ajarkan Anak Kenali dan Jaga Batasan Tubuh Pribadinya

Durasi waktu baca : 3 menit



Jakarta, Sekolah Cikal Serpong. Maraknya kasus kekerasan seksual pada anak tentunya membuat orang tua khawatir dan lebih waspada. Terlebih, pelaku seringkali datang dari orang terdekat atau seseorang yang mestinya menjadi tempat berlindung anak.


Untuk itu, sangat penting mengajarkan anak tentang batasan tubuh pribadi. Dengan begitu, anak akan tidak mudah membiarkan orang lain menyentuh area privat tubuhnya. 


(Konselor TKSD Cikal Serpong bagikan tips ajarkan anak mengenal batasan tubuh. Dok. Cikal)


Luthfiasari Sekar Fatimah, atau yang akrab disapa Luthfi, psikolog anak dan konselor TK dan SD Cikal Serpong, membagikan tips ajarkan anak mengenal batasan tubuh dan usia ideal untuk mengajarkannya. 


Seperti apa penjelasannya? Simak artikelnya berikut!


Baca juga : Khawatir Anak Tumbuh Jadi Pribadi Egois? Orang Tua, Terapkan 3 Tips ini!




Usia Tepat Ajarkan Batasan Tubuh pada Anak


Seringkali topik batasan tubuh anak dianggap tabu oleh sebagian orang tua. Namun, Luthfi menyampaikan bahwa terdapat usia ideal untuk mengajarkan hal tersebut pada anak. 


“Orang tua tidak perlu khawatir soal topik ini. Sebab, pada usia 2-3 tahun, anak sudah mulai mengenal konsep diri dan tubuh, dan di usia ini orang tua dapat mulai mengenalkan batasan tubuh sedini mungkin.” kata Luthfi. 


Baca juga : Konselor SD Cikal Lebak Bulus Bagikan Pandangan Tentang Tren Cookie Share Challenge




4 Cara Mengajarkan Anak Batasan Tubuh yang Tidak Boleh Disentuh


1. Kenalkan Batasan Tubuh dengan Cerita

Anak usia dini kerap mengerti dengan istilah sederhana dan konkret. Daripada menggunakan istilah privasi tubuh, orang tua lebih baik menjelaskannya dengan bahasa yang mudah dimengerti atau media konkret.


“Dari segi topik, bisa dimulai dengan hal yang sederhana misalnya mengenalkan anggota tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh. Anak juga dapat diajarkan melalui proses modeling lewat buku cerita  yang mengedukasi tentang sentuhan boleh dan tidak boleh. Setelah itu, anak dapat belajar lewat sesi role play jika berada di situasi tersebut.” jelas Luthfi. 


2. Gunakan Kosakata Netral dan Sesuai

Pemilihan kata merupakan aspek penting dalam mengajarkan batasan tubuh pada anak. Sebab, kata membentuk cara pandang mereka terhadap tubuh itu sendiri. Orang tua dapat mulai menggunakan istilah benar tanpa harus disamarkan ke bahasa lain.


“Kita dapat menggunakan istilah yang tepat dan netral, seperti penis atau vagina, tanpa memberikan judgement atau kesan pada anggota tubuh tersebut apalagi sebagai sesuatu yang memalukan atau kotor. Kita juga bisa mengenalkan unsur privasi secara umum tidak hanya terbatas pada anggota tubuh tertentu saja.” kata Luthfi.

3. Ajarkan Prinsip Dasar dalam Memahami Tubuhnya Sendiri

Dalam memperkenalkan batasan tubuh pribadi anak, orang tua perlu mengajarkan anak prinsip memahami tubuhnya sendiri. Hal ini perlu untuk menanamkan pada anak bahwa tidak semua orang boleh menyentuhnya. 


“Orang tua dapat memberi tahu anak beberapa prinsip berikut, tubuh mereka milik mereka sendiri atau mengenalkan konsep privasi, tidak semua orang boleh menyentuh mereka, dan mereka boleh berkata "tidak" jika ada seseorang yang menyentuhnya dan melaporkan ke orang dewasa lain yang ia percaya.” kata Luthfi. 

4. Jelaskan Perbedaan Sentuhan Aman dan Tidak Nyaman

Menurut Luthfi, penting bagi anak untuk mengetahui tidak semua sentuhan itu sama. Anak memiliki hak untuk merasa aman dengan tubuh ia sendiri. 

“Anak dapat dijelaskan bahwa sentuhan yang baik adalah yang membuatnya merasa nyaman dan terbantu seperti pelukan ibu atau sentuhan yang ditujukan untuk membantu mereka. Sementara sentuhan buruk membuat mereka merasa tidak nyaman, bingung, dan ingin menjauh.” imbuhnya.(*)

Baca juga : Kasus Rudapaksa Anak Di Bawah Umur Meningkat, Psikolog Tari Sandjojo Terangkan Pemicunya dari Sisi Psikologis!




Informasi Cikal Support Center


Tanyakan informasi mengenai pendaftaran, program hingga kurikulum Cikal melalui Whatsapp berikut : https://bit.ly/cikalcs 




Artikel ini ditulis dan dipublikasikan oleh Tim Digital Cikal 

  • Narasumber : Luthfisari Sekar Fatimah, Psikolog Anak dan Konselor TKSD Cikal Serpong

  • Editor : Salsabila Fitriana

  • Penulis : Rahma Yulia



I'M INTERESTED