Durasi Waktu Baca : 3 Menit Jakarta, Pendidikan Inklusi Cikal. Beberapa waktu lalu, k-drama Extraordinary Attorney Woo menjadi pusat perbincangan masyarakat dunia karena mengabadikan sosok perempuan bernama Woo Young Woo dengan spektrum autisme yang memiliki kecerdasan luar biasa di bidang Hukum dan minat di pengetahuan terkait hewan, khususnya Paus. Sebagai sekolah inklusi, Cikal melalui lini Pendidikan Inklusi Cikal, meyakini bahwa apabila anak-anak dengan autisme diberikan pendampingan, ruang, dan kepercayaan untuk bertumbuh menjadi versi terbaik diri dengan minatnya, maka langkah itu akan mengoptimalkan minat serta bakatnya. Namun sebelum itu, ternyata masih banyak sekali yang belum memahami apa itu autisme, penyebabnya, dan lain sebagainya? Bersama dengan Psikolog Vitriani Sumarlis, M.Psi, Wakil Kepala Kurikulum Pendidikan Inklusi Cikal, kita bahas bersama yuk mengenai autisme! Psikolog Vitriani Sumarlis, M.Psi menjelaskan bahwa autisme merupakan gangguan neurologis yang memengaruhi beberapa area atau aspek perkembangan manusia, baik dari area komunikasi, interaksi sosial dan perilaku. “Austime atau Autism Spectrum Disorder itu artinya gangguan yang dasarnya itu dari saraf otak atau neurologis. Dari adanya gangguan neurologis itu terdapat area perkembangan yang terganggu, secara umum ada 3 area besarnya. Pertama itu di area komunikasi, kedua di area interaksi sosial, dan ketiga di perilaku.” ucap Vitri. Dari jawabannya di atas, Vitri menggaris bawahi 3 area besar spektrum autisme, yakni: Area Komunikasi Di area pertama, anak dengan autisme mengalami gangguan dalam berbahasa (verbal dan non verbal) dan terkadang kesulitan mengomunikasikan keinginannya baik secara verbal atau non verbal. Area Interaksi Sosial Di area kedua, anak dengan autisme mengalami kesulitan dalam menjalin interaksi dengan orang lain yang berupa kontak mata, ekspresi, atau gerak-gerik. Area Perilaku Di area ketiga, anak dengan autisme seringkali melakukan tindakan atau gerakan tertentu secara berulang, seperti mengayun tangan atau memutar-mutarkan badan, dan atau menggerakkan jari-jari seperti tokoh Woo Young Woo. Baca juga : 3 Cara Sekolah Inklusi Mempersiapkan Anak Berkebutuhan Khusus Untuk Pendidikan Lanjutan dan Pilihan Karir Vitri juga menyebutkan seseorang atau anak dengan autisme itu memiliki beberapa ciri yakni perilaku yang unik dan sifatnya berulang, serta minat yang terbatas dan terus berulang. Beberapa contoh perilaku yang stereotipik (gerakan-gerakan khas yang menjadi kebiasaan yang sering tak disadari) dan berulang yang ditampilkan oleh anak dengan autisme antara lain, perilaku sederhana mengurutkan balok di susun ke atas. “Mengulang-ulang kata-kata atau gagasan di salah satu hal yang memang dia sukai, misalnya seperti Woo Young Woo yang membahas Paus berulang atau ilmu hukum misalnya menjadi satu perilaku yang stereotipik dari seseorang dengan autisme. Hal tersebut masuk ke dalam satu dari area spektrum autisme yang ke-3, perilaku. Contoh lain yang paling sederhana adalah mengurutkan balok disusun ke atas, atau memutar roda berulang-ulang.” jelasnya. Tak hanya terkait dengan perilaku, Vitri juga menjelaskan ciri anak dengan autisme yang terbatas minat dan sifatnya berulang, misalnya seperti tokoh Woo Young Woo yang menyukai pengetahuan tentang paus, namun sayangnya dengan minat terbatas ini, terkadang anak dengan autisme harus belajar mengenai kondisi dan konteks. “Anak dengan autisme itu punya minat yang sangat kuat di area tertentu, namun hal yang bisa terjadi adalah anak dengan autisme terkadang jadi tidak fleksibel karena ia masih harus belajar menyesuaikan situasi dan penempatan, penempatannya terkadang tidak tepat, jadi interaksi sosialnya menjadi awkward, misalnya Woo Young Woo yang membahas Paus yang padahal tidak ada konteks pembicaraan itu.” ceritanya. Sebagai Psikolog yang ahli dalam memetakan dan mendampingi pengembangan diri anak dengan kebutuhan khusus di Sekolah Cikal, Vitri menegaskan bahwa waktu yang tepat dalam mendeteksi autisme adalah sejak bayi. Vitri juga menambahkan beberapa ciri atau karakteristik anak yang membutuhkan screening autisme sejak dini, antara lain: Terlihat permasalahan sensorik pada anak, baik itu hipersensitif (sangat sensitif) atau hiposensitif (tidak sensitif) dari pengelihatan, pendengaran, peraba dan perasa. Adanya rasa tidak terikat atau terhubung (unattached) anak dengan orang terdekat, misalnya Ibu, Ayah, dan sosok keluarga lainnya. Hal ini bisa diamati sejak anak bayi. Adanya hambatan atau kemunduran dalam fase perkembangan diri anak, misalnya saat sudah mulai berbicara, tiba-tiba jadi tidak bicara. Namun, ia tetap menyampaikan dalam beberapa kondisi terdapat beberapa ciri lainnya yang berbeda satu kondisi dengan lainnya. (*) Baca juga : Mengenal Sesi Lokakarya Pengasuhan Anak À La Cikal Tanyakan informasi mengenai pendaftaran, program hingga kurikulum Cikal melalui Whatsapp berikut :+62 811-1051-1178 Artikel ini ditulis dan dipublikasikan oleh Tim Digital Cikal Narasumber : Psikolog Vitriani Sumarlis, M.Psi, Wakil Kepala Kurikulum Pendidikan Inklusi Cikal Editor : Layla Ali Umar Penulis : Salsabila FitrianaApa itu Autisme (Autism Spectrum Disorder)?
3 Area Gangguan Spektrum Autisme
Ciri-Ciri Anak dengan Autisme
Waktu yang Tepat untuk Deteksi Autisme
Informasi Cikal Support Center