Durasi Waktu Baca : 3 Menit, 5 Detik
Jakarta, Sekolah Cikal. Proses pengembangan diri secara utuh sebagai manusia tidak terlepas dari pengembangan kecerdasan dalam dirinya. Dalam konteks pendampingan anak (parenting), orang tua akan berusaha untuk memahami dengan baik pengembangan kecerdasan yang dimilki oleh anak-anaknya di setiap tahapan perkembangannya sejak dini hingga dapat hidup mandiri di masa dewasa. Psikolog Klinis Anak, Winny Suryania M.Psi, Psikolog, yang juga merupakan konselor Sekolah Cikal Amri Setu menjelaskan bahwa kecerdasan dalam diri anak dalam sudut pandang ilmu psikologi merupakan kemampuan individu untuk memperoleh informasi, belajar dari pengalaman, beradaptasi dengan lingkungan, memahami, dan memanfaatkan pikiran dan akal dengan baik dan benar. Baca juga : Memahami Lebih Dalam Sekolah Inklusi dan Kelebihannya! Winny juga menyatakan bahwa kecerdasan dalam diri anak itu tidak hanya mencakup satu aspek saja dalam dirinya, melainkan majemuk dan bukan hanya secara kognitif (Kecerdasan yang hanya dikaitkan dengan pengembangan auditoric, visual, tactile, kinesthetic, arithmetic, geometric, dan science.) “Dari pemahaman awal mengenai kecerdasan saja, bisa dilihat bahwa kecerdasan bukan hanya satu aspek yang hanya mengukur kemampuan seseorang dalam berpikir atau secara kognitif, namun kecerdasan itu melibatkan keseluruhan pengalaman dan representasi mental seseorang.” tambahnya. Dalam praktiknya keseharian di sekolah, Winny memaknai bahwa setiap anak itu unik dan memiliki banyak pola dalam proses belajarnya. Ia menuturkan bahwa kecerdasan anak itu tidak tunggal melainkan majemuk. Hal ini tentu merepresentasikan salah satu teori psikolog Gardner tentang 9 kecerdasan anak. “Saat ini juga banyak teori yang menyatakan bahwa kecerdasan itu tidak hanya tunggal namun majemuk. Bahwa setiap individu adalah pribadi yang unik dan memiliki banyak variasi atau cara dalam proses belajarnya. Contohnya teori dari Gardner yang menyatakan bahwa kecerdasan terdiri dari 9 kategori kecerdasan anak yang terdiri dari kecerdasan spatial, intra-personal, linguistic, bodily-kinesthetic, interpersonal, musical, logical-mathematical, naturalis, dan existensial. Kesembilan kategori tersebut memiliki indikator tertentu yang dapat dilihat dan diobservasi pada individu berdasarkan variasi dalam kegiatan belajar atau pengalamannya.” jelas Winny yang seringkali mendampingi proses konseling anak-anak di Sekolah Cikal Amri Setu, Jakarta Timur. Dalam upaya memahami dan mendampingi pengembangan kecerdasan anak, Winny memberikan rekomendasi kepada orang tua untuk mulai dari pendampingan dan pemetaan kecerdasan sejak anak di usia dini. “Sebagai orang tua, menjadi penting untuk memahami karakteristik perkembangan anak sejak dini sehingga dapat memberikan stimulasi atau kesempatan ekplorasi yang tepat untuk anak sehingga anak dapat belajar dan mengembangkan potensinya dengan aman, nyaman dan tentunya penuh kasih sayang dan dukungan dari orang tua.” ucap Winny. Dalam dunia anak-anak usia dini, orang tua alangkah baiknya memposisikan dengan baik dirinya seperti anak-anak usia dini yang memiliki imajinasi dan rasa ingin tahu tinggi. “Orang tua alangkah baiknya perlu memahami karakteristik anak usia dini. Mereka memiliki potensi menyerap pembelajaran disekitarnya dengan cara yang unik dan sangat cepat, mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar, anak mulai mengembangkan konsep pikirannya dengan menggunakan bahasa sederhana, bersikap spontan, aktif, egosentris (cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang, pengetahuan dan kepentingannya sendiri), daya imajinasi sedang berkembang, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.” tuturnya. Setelah dengan baik memahami secara utuh dan memposisikan diri kita, orang tua, dalam sudut pandang anak tentu kita akan lebih memahami dan ingin mendampingi proses eksplorasi potensi dan kecerdasannya. “Dalam pemetaan sendiri, anak usia dini sebaiknya banyak diberikan ekplorasi atau mencoba hal-hal baru sehingga banyak proses belajar yang ia serap, karena hal ini juga akan mengembangkan kecerdasan dirinya. Lama kelamaan, anak juga dapat mulai memilih kegiatan atau ekplorasi yang ia rasa lebih nyaman untuk dirinya. Dan orang tua mulai dapat melakukan pemetaan terhadap aktivitas yang disukai anak, potensi anak, dan antusias anak.” tutupnya. (*) Baca juga : Pahami Kecerdasan Emosional Anak dan Bentuk-Bentuknya dalam Praktik Keseharian! Tanyakan informasi mengenai pendaftaran, program hingga kurikulum Cikal melalui Whatsapp berikut : https://bit.ly/cikalcs (tim Customer Service Cikal) Artikel ini ditulis dan dipublikasikan oleh Tim Digital Cikal Narasumber : Winny Suryania, M.Psi, Psikolog Winny merupakan seorang psikolog klinis anak yang menyelesaikan pendidikan S1 Psikologinya di Fakultas Psikologi YAI dan melanjutkan jenjang S2 di Magister Profesi Psikologi Klinis Anak, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Ia telah memiliki pengalaman dalam berpraktek selama di sekolah Cikal-Amri sebagai konselor murid-murid remaja untuk konsultasi perkembangan akademik sampai perkembangan emosional. Selain itu Winny juga praktek sebagai psikolog part-time di biro Kasaya dan LPSK. Winny juga mendalami Art-therapy untuk membantu penanganan klien. Editor : Layla Ali Umar Penulis : Salsabila Fitriana Kecerdasan Anak Bersifat Majemuk dan Bukan Hanya Kognitif
Pentingnya Memahami Pola Pengembangan Kecerdasan Anak Sejak Dini