Durasi Waktu Baca : 3 Menit
Jakarta, Rumah Main Cikal. Di era pengasuhan digital saat ini, orang tua muda akan lebih banyak berinteraksi dengan sosial media, baik itu mendapatkan informasi seputar tips atau trik parenting dari para influencerparenting, webinar pengasuhan anak, referensi sekolah dan masih banyak lagi.
Dengan tren yang hadir di tengah masyarakat ini, setiap orang tua dalam hal ini seiring waktu menyadari dan menggunakan sarana sosial media itu sendiri sebagai sarana membagikan cerita dari pengasuhan anak yang dilakukannya.
Pendidik Anak Usia Dini diRumah Main CikalLebak Bulus Jakarta Selatan, Ina Winangsih menyebutkan bahwa kegiatan atau aktivitas orang tua membagikan cerita atau mengabadikan pengembangan diri anak di sosial media dikenal dengan istilah Sharenting.
Istilah Sharenting juga saat ini tengah ramai diperbincangkan sebagai bagian dari upaya mengingatkan orang tua untuk tetap menjaga privasi anak. Seperti apa penjelasan lengkapnya? Simak di bawah ini.
Istilah Sharenting muncul di tengah pengasuhan anak di era digital ini, sebagai pendidik yang memfokuskan pada pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ina menjelaskan bahwa Sharenting itu berasal dari dua frasa, yakni Share yang bermakna membagikan atau menceritakan dan Parenting yang bermakna pengasuhan anak.
“Sharenting merupakan istilah baru yang muncul pada era digital. Share dan Parenting—dua frasa yang digabungkan menjadi Sharenting, artinya sebuah aktivitas atau kegiatan orang tua menggunakan sosial media sebagai salah satu sarana untuk membagikan pengalaman mereka dalam mengasuh anak-anaknya.” ucap Ina yang merupakan pendidik Rumah Main Cikal Lebak Bulus ini.
Melihat perkembangan anak di setiap fasenya secara optimal merupakan salah satu kebahagiaan bagi orang tua. Perasaan bahagia ini seringkali tentu diungkapkan oleh orang tua dengan mengabadikan cerita dan potret anak di sosial media.
Baca juga : Pentingnya Menumbuhkan Empati Pada Anak Usia Dini
Dengan hadirnya sosial media sebagai sarana, Sharenting sendiri ternyata dapat didorong oleh beberapa hal, menurut Ina terdapat dua hal utama yang bisa menjadi alasan, antara lain sebagai berikut:
Orang tua yang menggunakan sosial media untuk mencari pengetahuan akan pengasuhan anak, dalam hal ini juga seiring waktu akan terdorong untuk membagikan informasi dan juga tips pengasuhan anak yang ia lakukan, mulai dari terkait kegiatan yang dilakukan oleh anak, pola makan yang diterapkan oleh anak, cerita tentang memilih sekolah dan lain sebagainya untuk berbagi informasi kepada rekan-rekan atau sanak saudara.
“Digitalisasi (Proses penggunaan teknologi sebagai ruang atau sarana untuk membentuk peluang baru) bisa menjadi salah satu alasan mengapa orangtua terdorong untuk membuat konten bersama anak-anaknya. Pada dasarnya tentu saja semua orang senang berbagi dengan orang yang dikenalnya. Media sosial menjadi sarana yang sangat pas untuk itu karena praktis dan bisa menjangkau kerabat yang sangat jauh sekalipun. Terutama setelah melewati masa pandemi dimana orang-orang tidak dapat bertemu secara langsung, konten media sosial menjadi salah satu hal yang dapat digunakan untuk dapat saing berbagi dan mengikuti perkembangan.” jelas Ina yang merupakan pendidik lulusan dari PAUD Universitas Pendidikan Indonesia dan National Dong Hwa University (NDHU), Taiwan.
Alasan kedua yang dapat menjadi dorongan untuk membagikan cerita serta aktivitas tentang anak di sosial media, bagi Ina Winangsih, adalah sebagai bentuk aktualisasi diri orang tua. Self-Actualization, menurut Abharam Maslow (American Psycologist) yang mengembangkan Abraham Maslow Theory tentang Hierarcy Human Needs terhadap Human Motivations, dalam hal ini merupakan sebuah proses bagi orang tua menjadi versi terbaik dirinya untuk memberikan pengasuhan terbaik terhadap anak mereka walau seringkali dipenuhi oleh tantangan atau kesulitan dalam pengasuhan.
Di sosial media, orang tua akan membagikan cerita refleksi dirinya setiap kali melihat pengembangan diri anak di setiap langkah mereka. Hal ini merupakan salah satu dorongan atau alasan yang baik selama orang tua menjaga privasi anak. (*)
Referensi Tambahan Penulisan Artikel
Legg, Timothy J., et al. “Self-Actualization: What It Is and How to Achieve It.” Healthline,https://www.healthline.com/health/self-actualization#pyramid-of-needs. Accessed 20 February 2023.
Mcleod, Saul. “Maslow's Hierarchy of Needs.” Simply Psychology, 4 April 2022, https://www.simplypsychology.org/maslow.html. Accessed 20 February 2023.
Tanyakan informasi mengenai pendaftaran, program hingga kurikulum Cikal melalui Whatsapp berikut : https://bit.ly/cikalcs (tim Customer Service Cikal)
Artikel ini ditulis dan dipublikasikan oleh Tim Digital Cikal
Narasumber : Ina Winangsih, Pendidik Rumah Main Cikal
Ina Winangsih, atau yang akrab disapa Tante Ina merupakan pendidik di Rumah Main Cikal. Ia merupakan lulusan dari jurusan PGPAUD di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di jenjang S1 dan baru menyelesaikan pendidikan S2 double degreenya di jurusan PAUD UPI dan National Dong Hwa University (NDHU), Taiwan.
Sejak tahun 2014, Tante Ina memiliki minat pada bidang pendidikan bencana untuk anak secara akademis maupun praktis. Tante Ina ingin sekali bisa berperan (sekecil apapun) untuk dapat meningkatkan kapasitas anak maupun lingkungan sekitar untuk mitigasi ancaman bencana.
Editor : Layla Ali Umar
Penulis : Salsabila Fitriana