
Durasi Waktu Baca : 2 Menit Jakarta, Pendidikan Inklusi Cikal. Sejak tahun lalu, masyarakat telah diramaikan dengan berdirinya banyak kafe yang mempekerjakan penyandang disabilitas atau individu dengan kebutuhan khusus di Jakarta sebagai barista. Ramainya apresiasi dan perbincangan masyarakat mendorong ahli Curriculum Implementation, Monitoring & Evaluation di Sekolah Cikal, Vitriani Sumarlis, S.Psi, M.Si, Psikolog mengungkapkan pandangannya terhadap tren tersebut. Vitri mengatakan bahwa mendirikan kafe yang memberikan ruang bagi penyandang disabilitas atau individu dengan kebutuhan khusus, misalnya individu dengan down syndrome untuk bisa mandiri dan memberikan kontribusi bagi sekitarnya. “Saya sangat mengapresiasi kesempatan yang diberikan kepada individu dengan down syndrome. Saya melihatnya dengan konteks penerimaan. Adanya kafe ini memberikan kesempatan bagi individu dengan kebutuhan khusus juga bisa berkarya, berpartisipasi dan memberikan kontribusi untuk lingkungan sekitar. Kemudian, ini juga bisa jadi kesempatan untuk menunjukkan kemandirian yang bisa menghasilkan.” ujarnya. Baca Juga : Memahami Lebih Dalam Sekolah Inklusi dan Kelebihannya! Dengan hadirnya peran barista yang diampu oleh individu dengan kebutuhan khusus, seperti individu dengan down syndrome, Vitri mengajurkan perlunya apresiasi dan afirmasi dari masyarakat bahwa setiap individu dengan kebutuhan khusus patut diakui kompetensinya. “Dengan mengaitkannya dengan konteks menerima inklusivitas, adalah penting diingat bahwa kalau kita sudah menerima adanya peran barista yang diampu oleh individu dengan down syndrome, maka alangkah baiknya dan seharusnya masyarakat yang datang itu harusnya udah blending. Artinya tidak terbatas pada komunitas dan keluarga dari individu dengan down syndrome tersebut.” ungkapnya. Masyarakat, menurut Vitri, harus mengakui kemampuan dari individu dengan kebutuhan khusus diperan yang dijalankannya. Dari sanalah, inklusivitas itu terpenuhi maknanya. “Kalau kita mau bicara inklusif, kita ga hanya ajak individu dengan down syndrome berpartisipasi, tapi kita perlu acknowledged. Acknowledge itu artinya kita akui kemampuannya. Misalnya, “wah itu kafenya emang enak buat nongkrong, menu dan minumannya juga enak.” Jadi, individu dengan kebutuhan khusus sudah dapat pengakuannya. Alangkah baiknya langkah kita sama seperti kita melakukan kunjungan kafe non-down syndrome. Semua bisa datang, semua bisa merasakan perannya.” imbuhnya tegas.(*) Tanyakan informasi mengenai pendaftaran, program hingga kurikulum Cikal melalui Whatsapp berikut : https://bit.ly/cikalcs Artikel ini ditulis dan dipublikasikan oleh Tim Digital Cikal Narasumber : Vitriani Sumarlis, S.Psi, M.Si, Psikolog, ahli pendidikan inklusi Cikal, pendidik dan Ahli Curriculum Implementation, Monitoring & Evaluation di Sekolah Cikal. Editor : Layla Ali Umar Penulis : Salsabila FitrianaPekerja dengan Kebutuhan Khusus Harus Diakui Kemampuannya
Informasi Cikal Support Center