Pembelajaran program agama di Sekolah Cikal menjadi bagian yang esensial dalam proses pengembangan diri murid sejak dini hingga di tingkat menengah ke atas. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pembelajaran Agama Buddha di tingkat TK hingga SMA, simak tanya jawab berikut yuk bersama Dwi Wahyuningsih (Pendidik Program Agama Buddha Sekolah Cikal) Berapa kali dan dengan durasi berapa lama proses belajar agama dalam satu minggu? Untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), kami hadirkan satu minggu 1x pertemuan live teaching dengan durasi 35 menit saat pertemuan tatap muka terbatas (PTMT). Lalu ada kegiatan belajar mandiri yang bisa dikerjakan di rumah. Untuk tingkat SMP dan SMA, kegiatan belajar berlangsung satu minggu 2x pertemuan live teaching dengan durasi 2x35 menit (durasi selama PTMT). Biasanya jika banyak pertanyaan pembelajaran full online, tetapi kalau sudah cukup jelas 15 menit terakhir digunakan untuk praktik mandiri seperti mengerjakan tugas, analisis, maupun mencari informasi tentang suatu topik. Terkait bobot pembelajaran, dapat dijelaskan ditekankan pada apa? Dan seperti apa proses asesmennya? Bobot pembelajaran ditekankan pada pembuatan proyek untuk mengetahui pemahaman murid dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Terkait asesmen program agama Buddha, asesmen dilakukan selama proses pembelajaran. Bagaimana murid dapat mengembangkan kompetensinya dengan cara berpikir terbuka ketika mengungkapkan pendapat, menganalisis, memberikan contoh pada kehidupan sehari-hari, dan sebagainya, serta disertai dengan bukti belajar berupa proyek formatif maupun sumatif. Capaian apa yang diharapkan dapat diperoleh murid? Murid diharapkan dapat mengembangkan dimensi kompetensi dan mencapai tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan, sehingga tidak hanya mengerti secara konsep pengetahuan tetapi bisa mengembangkan sikap yang lebih baik dalam kehidupan nyata. Pembahasan apa saja yang dieksplorasi dalam program agama Buddha di Sekolah Cikal baik di tingkat TK, SD, SMP dan SMA? Untuk tingkat TK-SD berupa pengenalan dasar sejarah agama Buddha, cara berdoa, meneladani kisah-kisah Buddha dan siswanya, perbuatan baik/buruk dan akibatnya. Diharapkan murid memiliki moralitas yang baik, menjadi malu untuk berbuat jahat/buruk dan juga takut akan perbuatan buruk sehingga mereka bisa banyak melatih diri berbuat baik. Untuk tingkat SMP dan SMA, kami mengajarkan sejarah agama Buddha, ajaran pokok Buddha, analisis setiap fenomena dalam kehidupan, hak asasi manusia, kesetaraan gender, perdamaian, pergaulan. Dengan demikian mereka tahu cara bertindak dalam kehidupan bermasyarakat. Sejak kapan anak-anak diajarkan untuk membaca dan memahami isi kitab suci, dan apakah rutin diajarkan? Selain itu, nilai-nilai utama apa saja yang ditanamkan dalam tujuan pembelajaran? Pembelajaran mengikuti tujuan pembelajaran (Learning Objective). Jadi, jika tidak ada tujuan pembelajaran tentang doa/kitab suci tidak ada jam pelajaran khusus untuk membaca kitab suci atau memahami isinya. Tetapi, kita selalu berdoa sebelum dan setelah belajar. Jika tujuan pembelajaran mendukung, untuk level TK-SD setelah diajarkan cara membaca doa biasanya diberikan jurnal baca doa dan meditasi untuk dilakukan di rumah agar orangtua juga bisa terlibat. Untuk tingkat SMP dan SMA, terkadang kita mencantumkan kutipan syair kitab suci, ungkapan-ungkapan Buddha untuk dianalisis maknanya. Namun, saat sebelum daring biasanya di hari Jumat ketika murid muslim sholat Jumat, kita gunakan waktu Jumatan untuk membaca doa atau cerita buddhis di kelas. Terkait nilai-nilai yang diajarkan, kami sebagai pendidik berfokus pada nilai-nilai yang terkait erat dengan kompetensi 5 Bintang Cikal, khususnya, bintang ke-2 yakni Emotionally, Spiritually, and Morally Rich sehingga jika dapat disebutkan beberapa nilai antara lain nilai moralitas, komitmen, berprinsip, open-minded, dan peduli. Apakah terdapat kegiatan yang berorientasi kontekstual dan penerapannya dalam keseharian? Tentu ada. Sebagai contoh di Kelas 1, ada jurnal perbuatan baik dan buruk. Jadi, murid dapat melakukan refleksi setiap perbuatan yang sudah dilakukan, dan kemudian nanti didiskusikan bersama. Bagaimana perasaannya setelah berbuat baik maupun buruk. Dari diskusi tersebut, kita ingatkan lagi bahwa perbuatan buruk merupakan perbuatan tidak baik atau tercela, sebaiknya dihindari. Lalu, kita minta murid untuk menuliskan tekadnya untuk menghindari perbuatan buruk tersebut. Diharapkan dengan pembiasaan refleksi ini, murid terbiasa menghindari perbuatan buruk yang merugikan. Di Kelas 7, murid-murid belajar tentang kriteria umat Buddha. Sebagai umat Buddha, sikap kita di masyarakat yang majemuk ini tentu harus saling menghormati agar tidak tercipta perpecahan atau konflik. Jadi, murid-murid akan membuat artikel tentang toleransi, tujuannya adalah untuk berbagi bagaimana sikap yang seharusnya dilakukan dalam keberagaman ini dan bagaimanakah sikap toleransi yang pernah mereka lakukan di kehidupan sehari-hari. Media pembelajaran apakah yang digunakan dalam proses belajar agama? Media pembelajaran yang digunakan berupa presentasi, video, infografis, poster, games. Cari tahu lebih lengkap mengenai pembelajaran Agama Buddha di Cikal, silakan mengisi buku tamu Cikal di sini atau hubungi tim kami di bawah ini: Sekolah Cikal Cilandak : +62 818-902-570 (WhatsApp) Sekolah Cikal Surabaya TK- SD (+62 815-1550-1010) SMP-SMA-PIC (+62 815-7595-7599) Sekolah Cikal Amri-Setu : +62 811-1156-599 (WhatsApp) Sekolah Cikal Serpong +62-8138-6372-559 (WhatsApp & Telepon) Sekolah Cikal Lebak Bulus +62 818-902-571 (WhatsApp)