Durasi baca : 3 menit Surabaya, Sekolah Cikal Surabaya. Bercanda yang tepat tidak hanya menciptakan gelak tawa, tetapi juga menumbuhkan rasa aman dan kepercayaan antara orang tua dan anak. Melalui candaan yang konstruktif dan penuh kasih sayang, orang tua dapat membentuk lingkungan yang mendukung bagi anak untuk berkembang dengan penuh keceriaan dan kebebasan. Nerinda Rizky Firdaus, Konselor Sekolah Cikal Surabaya, memaparkan bentuk bercanda yang positif dan sehat dengan anak. Ia juga memberi contoh bentuk bercandaan yang sebaiknya tidak dilakukan kepada anak. Seperti apa penjelasan lengkapnya? Simak berikut ini! (Bercanda yang sehat dan positif dapat mempererat hubungan orang tua dan anak. Dok. Cikal) Nerinda menjelaskan, bercanda yang sehat dan tepat dapat membangun lingkungan keluarga yang ceria dan menumbuhkan kedekatan antara orang tua dan anak. “Bercanda yang tepat adalah bercanda yang membangun suasana positif, membuat anak merasa nyaman, dekat dengan orang tua dan membawa suasana hangat dalam keluarga, dapat ditandai dengan anak dapat mengekspresikan emosinya dengan baik tanpa merasa direndahkan atau dipermalukan.” jelas Nerinda. Ia juga menyebutkan beberapa bentuk candaan yang tepat antara orang tua dan anak, seperti candaan fisik ringan dan candaan verbal positif. “Bentuk-bentuk bercanda yang baik bisa berupa; candaan fisik ringan, seperti bermain cilukba, menggelitik (dengan batasan), atau permainan imajinatif. Lalu, candaan verbal positif: Menggunakan permainan kata-kata yang lucu, tebak-tebakan, atau humor yang sesuai dengan usia anak.” ungkap Nerinda. Baca Juga : Rutin Ngobrol dengan Anak, Hindari Anak Cari Jawaban dari Orang Asing Menurut Psikolog Tari Sandjojo! Selain mendeskripsikan bentuk-bentuk candaan yang tepat dengan anak, Nerinda juga menggambarkan jenis bercandaan yang tidak seharusnya digunakan saat berinteraksi dengan mereka, seperti lelucon hinaan, merendahkan orang lain, atau menakut-nakuti anak. “Menghina penampilan anak, menjahili anak hingga menangis, menakut-nakuti anak dengan kebohongan seperti "awas monster/hantu di bawah tempat tidur, hayo ada pak polisi nanti dimarahi/ditangkap, dulu kamu itu bukan anak mama/papa", membuat cerita lucu / menertawakan orang lain, terlebih dengan membawa unsur SARA / kondisi khusus seperti disabilitas orang.” kata Nerinda. Baca juga :Memahami Penyebab Stigma Negatif terhadap Autisme di Lingkungan Sosial Nerinda mengungkapkan, berinteraksi dengan anak melalui humor adalah cara yang harmonis untuk mempererat hubungan, namun penting bagi orang tua untuk menjaga agar lelucon tidak melukai hati atau merendahkan perasaan mereka. “Bercanda dengan anak adalah hal yang baik, asalkan dilakukan dengan penuh empati dan pengertian. Orang tua perlu selalu memastikan bahwa candaan tidak merendahkan atau menyakiti perasaan anak. Orang tua harus dapat memperkirakan respon atau dampak dari candaan yg diberikan. Bercandaan yg diberikan harusnya berdampak positif pada diri anak dan hubungan dalam keluarga, bukan sebaliknya. Berikan ruang bagi anak untuk menikmati candaan tanpa merasa terintimidasi, dan jadikan humor sebagai sarana untuk membangun kedekatan yang lebih dalam.” imbuh Nerinda.(*) Tanyakan informasi mengenai pendaftaran, program hingga kurikulum Cikal melalui Whatsapp berikut :+62 811-1051-1178 Artikel ini ditulis dan dipublikasikan oleh Tim Digital Cikal Narasumber : Nerinda Rizky Firdaus M.Si, Konselor Sekolah Cikal Surabaya Editor : Salsabila Fitriana Penulis : Rahma Yulia Bentuk Bercanda dengan Anak yang Tepat
Bentuk Bercanda dengan Anak yang Tidak Tepat
Pesan untuk Para Orang Tua dalam Bercanda dengan Anak
Informasi Cikal Support Center