
Apakah Kawan pernah mendengar istilah Core Memory anak? Core memory, khususnya pada anak merupakan istilah yang kerap digunakan untuk merujuk pada ingatan-ingatan penting dalam hidup di masa lalu. Ingatan-ingatan tersebut menjadi salah satu faktor besar yang turut andil dalam pembentukan kepribadian individu. Anak-anak pada usia antara 5 hingga 12 tahun secara bertahap akan mengalami perkembangan memori yang sangat pesat. Mereka akan dengan cepat memproses dan menyimpan memori tersebut bahkan dibawa hingga mereka dewasa. Memori yang tersimpan sangat kuat tersebut akan juga turut berpengaruh terhadap kesehatan mental anak. Ironinya, data dari Survei Kesehatan Jiwa Remaja Nasional (I-NAMHS) yang merupakan proyek kerja sama antara Universitas Gadjah Mada (UGM), University of Queensland (UQ) di Australia (lead organisasi NAMHS), Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health (JHSPH) di Amerika Serikat, Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Hasanuddin (Unhas), dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) menunjukkan, lebih dari 27 juta remaja di Indonesia dengan rentang usia 10-17 tahun memiliki masalah dengan kesehatan mental. Hal ini tentu menjadi perhatian bersama, terutama bagi para orang tua untuk turut serta menciptakan mental yang sehat bagi anak. Kesehatan mental bukan hanya topik yang lagi tren dibicarakan. Winny Suryania, M.Psi, Psikolog, Psikolog Anak dan Remaja mengungkapkan, kesehatan mental anak merupakan pondasi kuat bagi anak untuk berkembang. Mental yang sehat pada anak juga dapat mendukung pertumbuhan kemampuan anak di segala aspek kehidupan sosial dan mampu menempatkan diri di berbagai peran, misalnya di sekolah, di rumah, atau di lingkungan lainnya. “Anak-anak yang memiliki mental sehat dapat memiliki kualitas kehidupan yang lebih positif untuk dirinya sendiri dan untuk relasi sosial kedepannya. Anak juga dapat berfungsi dengan baik dalam peranannya baik di sekolah, rumah ataupun lingkungan lainnya. Misalnya dalam menerima informasi, melakukan interaksi dengan orang lain (keterampilan sosial), percaya diri, maupun dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi,” jelas Winny. Winny, yang juga merupakan Konselor Sekolah Cikal Amri Setu tingkat SD-SMA menjelaskan, luka dan trauma pada anak akan memberikan dampak negatif yang berkepanjangan dalam diri anak. Dampak tersebut sangat mungkin terbawa hingga ia dewasa. Dampak ini dapat berupa masalah emosi, perilaku, hingga kognitif. “Beberapa efek yang akan timbul seperti masalah emosional seperti kecemasan, depresi, stress sampai gangguan suasana hati lainnya di kemudian hari,” kata Winny. Selain dari segi emosi, anak merupakan peniru yang ulung. Ia akan meniru mentah-mentah segala hal yang ia lihat dan dengar. Anak akan berpotensi melakukan tindakan-tindakan yang melekat dalam ingatannya, walaupun tindakan tersebut bertentangan dengan nilai sosial. Bahkan, anak akan melakukan tindakan agresif hingga melakukan coping mechanism yang tidak sehat untuk meluapkan emosi mereka. Sebagai informasi, mekanisme koping atau coping mechanism adalah strategi yang dilakukan seseorang ketika tengah menghadapi perasaan yang membuatnya tidak nyaman, seperti stres dan cemas. Coping mechanism dapat disalurkan dengan cara yang sehat, misal membersihkan rumah, olahraga, journaling, dan lain-lain. Akan tetapi, coping mechanism juga dapat bersifat tidak sehat, misalnya dengan cara berkebut-kebutan di jalan, melukai diri sendiri, minum alkohol, dan masih banyak lagi. Dampak dari mental yang tidak sehat pada anak juga berpengaruh pada kemampuan kognitif. Anak yang memiliki gangguan mental akan memunculkan rasa ketidakberdayaan dan penurunan nilai diri. Akibatnya, anak tidak memiliki rasa percaya diri serta pandangan terhadap dirinya sendiri. Hal ini juga berpotensi mengganggu fungsi kognitif dan prestasi akademis mereka, termasuk hambatan dalam pembelajaran, gangguan konsentrasi, masalah memori, serta penurunan performa di sekolah. “Masalah kesehatan mental yang terus-menerus juga dapat menyebabkan perasaan tidak mampu dan harga diri yang rendah, yang mempengaruhi kepercayaan diri dan citra diri anak. Dan juga dapat mempengaruhi kognitif/kemampuan akademis, seperti kesulitan belajar, masalah dengan konsentrasi, memori, dan kinerja akademik,” imbuh Winny. Oleh karena itu, mari ciptakan memori yang indah pada anak agar tercipta mental yang sehat.Pentingkah Kesehatan Mental Anak?
Dampak dari Mental Anak yang Kurang Sehat